Jurnal
penelitian : perhitungan harga pokok
produksi dalam penentuan harga jual pada cv.Minahasa mantap perkasa
Penulis :
Pradana Setiadi, Dvid P.E. Saerang. Treesje Runtu
Nama Jurnal : Vol. 14 No. 2 Mei 2014
Tahun terbit : 2014
A. LATAR
BELAKANG
PENDAHULUAN
Sebagian besar
perusahaan pada umumnya
bertujuan untuk mendapatkan
keuntungan yang optimum. Untuk
memperoleh keuntungan atau
laba yang optimum,
khususnya untuk perusahaan manufaktur,
peranan perhitungan harga pokok produksi dan perhitungan harga jual sangat
berperan, hal ini berkaitan
dengan persaingan harga
jual produk dengan
perusahaan-perusahaan lain yang sejenis.
Akuntansi biaya dalam
perhitungan harga pokok produksi berperan menetapkan, menganalisa dan
melaporkan pos-pos biaya yang mendukung laporan keuangan sehingga dapat
menunjukkan data yang wajar. Akuntansi biaya menyediakan data-data biaya untuk
berbagai tujuan maka biaya-biaya yang
terjadi dalam perusahaan
harus digolongkan dan
dicatat dengan sebenarnya,
sehingga memungkinkan perhitungan harga pokok produksi secara teliti.
Perhitungan harga pokok
produksi adalah hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan harga jual suatu
produk. Perhitungan harga pokok produksi yang tepat dan akurat merupakan hal
yang perlu dilakukan oleh setiap perusahaan, karena tanpa adanyan perhitungan harga
pokok produksi yang tepat dan
akurat, perusahaan manufaktur
yang bersangkutan akan
mengalami masalah dalam
penentuan harga jual suatu
produk. Bagi perusahaan
dengan tujuan mencapo
laba optimum, harga
jual dan realisasi biaya
produksi berpengaruh sangat besar
terhadap ukuran kebehasilan
pencapian tujuan perusahaan yang
besangkutan dan mememnangkan persaingan yang semakin tajam dengan perusahaan lain
yang sejenis. Salah satu faktor yang sangat penting untuk mencapai hal tersebut
adalah dengan mengefisienkan biaya produksi serendah-rendahnya sehingga akan
memperbesar laba.
Strategi efisiensi biaya produksi dan
penetapan harga yang tepat harus diimbangi dengan peningkatan mutu produksi dan
pelayanan terhadap kepuasan pelanggan (costumer satisfaction), sehingga
memilili nilai kompetitif yang tinggi dengan produk-produk perusahaan lain yang
sejenis.
Kegiatan produksi
memerlukan pengorbanan sumber
ekonomi berupa berbagai
jenis biaya untuk menghasilkan
produk yang akan
dipasarkan. Biayabiaya ini
akan menjadi dasar
dalam penentuan Harga Pokok
Produksi (HPP). Elemen-elemen
yang membentuk Harga
Pokok Produksi (HPP) dapat
dikelompokkan menjadi tiga golongan besar yakni Bahan Baku Langsung, Tenaga
Kerja Langsung, dan Biaya Overhead Pabrik. Ketiga biaya tersebut harus dicatat
dan diklasifikasikan secara cermat
sesuai dengan jenis
dan sifat biaya
tersebut. Hal ini dimaksudkan
untuk mempermudah perusahaan. mengetahui
berapa besarnya biaya
sebenarnya yang dikeluarkan
perusahaan untuk menghasilkan
suatu produk yang disebut dengan harga pokok produksi. Harga Pokok Produksi
dalam industri merupakan bagian
terbesar dari biaya
yang harus dikeluarkan
perusahaan. Jika informasi biaya untuk
pekerjaan atau proses
tersedia dengan cepat,
maka manajemen mempunyai
dasar yang kuat untuk
merencanakan kegiatannya. Perusahaan
harus cermat dan rinci dalam
membuat laporan keuangan terutama
yang berkaitan dengan
biaya produksi agar
tidak terjadi penyimpangan penyimpangan serta pemborosan
biaya dalam proses produksi. Informasi harga pokok produksi dapat dijadikan titik
tolak dalam menentukan
harga jual yang
tepat kepada konsumen
dalam arti yang menguntungkan perusahaan dan menjamin
kelangsungan hidup perusahaan.
Penelitian ini membahas
mengenai perhitungan harga pokok produksi untuk setiap jenis roti yang diproduksi
oleh CV. Minahasa
Mantap Perkasa, yang
bertujuan untuk memperoleh
gambaran yang jelas mengenai
perhitungan harga pokok
produksi, mengetahui cara
perusahaan dalam menetapkan keuntungan
yang diiknginkan, mengetahui
cara peruhsahaan melakukan
perhitungan dalam nenetapkan harga
jual produk, serta
mengetahui masalah-masalah yang
mempengaruhi harga jual pada CV.
Minahasa Mantap Perkasa.
Akuntansi Biaya adalah proses
pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya, pembuatan dan
penjualan produk dan
jasa, dengan cara-cara
tertentu, serta penafsiran
terhadapnya (Mulyadi, 2012:7).
Bustami dan Nurlela (2006:2)
mendefinisikan Akuntansi Biaya adalah bidang akuntansi yang mempelajari bagaimana
cara mencatat, mengukur
dan melaporkan tentang
informasi baiaya yang digunakan.
Definisi di
atas dapat disimpulkan
bahwa kegiatan akuntansi
biaya terdiri dari
pencatatan, penggolongan,
dan penyajian laporan
keuangan harus dibuktikan
dengan adanya dokumen
yang dipakai sebagai dasar pencatatan dan penggolongan.
Krismiaji & Aryani
(2011:17) menyatakan bahwa biaya atau Cost adalah kas atau ekuivalen kas yang
dikorbankan untuk membeli barang atau jasa yang diharapkan akan memberikan
manfaat bagi perusahaan saat sekarang atau untuk periode mendatang.
Prawironegoro dan
Purwanti (2009:19) menyatakan
bahwa biaya adalah
kas dan setara
kas yang dikorbankan untuk memproduksi
atau memperoleh barang
atau jasa yang
diharapkan akan memperoleh
manfaat atau keuntungan dimasa mendatang.
Standar Akuntansi
Keuangan (IAI,2004:8) mendefinisikan beban
atau expense adalah penurunan manfaat
ekonomi selama suatu
periode akuntansi dalam
bentuk arus keluar
atau berkurangnya aktiva atau
terjadinya kewajiban yang
mengakibatkan penurunan ekuitas
yang tidak menyangkut pembagian
kepada penanam modal.
Dari definisi tersebut maka
biaya dan beban dalam praktiknya mempunyai pengertian yang sama yaitu
suatu pengorbanan sumber
ekonomi yang menjadi
pengurang suatu aktiva
yang terjadi untuk memperoleh
pendapatan.
Warindrani (2006:17)
menyatakan pada umumnya
perusahaan mengklasifikasikan
biaya sebagai dasar penetapan
harga pokok produksi
menjadi dua yaitu
biaya produksi dan
biaya non produksi.
Witjaksono (2006:10)
menyatakan bahwa Harga
pokok adalah sejumlah
nilai aktiva, tetapi apabila selama tahun berjalan aktiva
tersebut dimanfaatkan untuk membantu memperoleh penghasilan.
Mulyadi (2012:16)
Menjelaskan bahwa dalam
pembuatan produk terdapat
dua kelompok biaya: biaya
produksi dan biaya
nonproduksi. Biaya produksi
merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku
menjadi produk, sedangkan biaya non produksi merupakan biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk kegiatan non produksi, seperti kegiatan pemasaran dan
kegiatan administrasi dan umum. Biaya produksi membentuk kos produksi, yang
digunakan untuk menghitung kos
produk jadi dan
kos produk yang
pada akhir periode
akuntansi masih dalam
proses. Biaya nonproduksi
ditambahkan pada kos produksi untuk menghitung total kos produk.
Kerangka
pemikiran yang dapat
dikembangkan penulis dalam laporan
ini adalah sebagai berikut:
1.
Pengumpulan harga pokok
produksi ditentukan oleh
cara produksi suatu
perusahaan. Perusahaan yang berproduksi
berdasar pesanan, mengumpulkan
harga pokok produksinya dengan menggunakan
metode harga pokok
pesanan (Job Order Cost
Method). Sedangkan Perusahaan yang
berproduksi massa, mengumpulkan
harga pokok produksinya
dengan menggunakan metode harga pokok proses (Process Cost Method).
2.
Untuk memperhitungkan unsur-unsur
biaya ke dalam
harga pokok produksi,
terdapat dua pendekatan yaitu
metode full costing dan
metode variable costing. Metode
full costing memperhitungkan
seluruh unsur biaya produksi, baik yang berperilaku tetap maupun variabel ke
dalam harga pokok produksi. Sedangkan metode Variable costing hanya
memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel saja ke dalam harga
pokok produksi.
3.
Beberapa penetapan harga
jual produk menggunakan
biaya produksi sebagai
dasar dalam menghitung harga
yang akan dibebankan
kepada konsumen dengan
pendekatan full costing maupun
variable costing.
Kartapura (2005), Analisis perhitungan
harga pokok produksi dalam menentukan harga jual pada PT.
Jembo Company. Persamaan
dengan penelitian ini
adalah Sama-sama menghitung
harga pokok produksi perusahaan. Perbedaan dengan penelitian ini adalah
pehitungan harga pokok produksi yang
dilakukan menggunakan job
order costing sedangkan
penelitian sekarang menggunakan
job proses costing.Objek penelitian
terdahulu yaitu PT
Jembo Cable Company
yang bergarak dibidang industri kabel listrik dan kabel
telekomunikasi, sedangkan penelitian sekarang objeknya adalah CV. Minahasa Mantap Perkasa yang
bergerak dibidang industri roti.
B. METODE
PENELITIAN
Dalam penelitian ini penulis menggunakan
metode komparatif yaitu membandingkan antara konteks satu
atau domain satu
dibandingkan yang lain.
Didalam penelitian ini
penulis membandingkan antara
besarnya biaya menurut
perusahaan dengan menurut
teori melalui laporan biaya produksi CV. Minahasa Mantap
Perkasa.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian
ini ada 2 yaitu:
a.
Data kuantitatif yang
digunakan dalam penulisan
laporan ini berupa
data-data perusahaan yang diukur
dalam satuan volume
dan satuan uang,
antara lain anggaran
bahan baku, anggaran biaya
ovearhead pabrik, biaya produksi, laporan laba rugi, neraca, dan lain-lain,
b.
Data kualitatif yang digunakan dalam penulisan laporan ini berupa
keterangan dan penjelasan dari pihak perusahaan mengenai berbagai yang
berkaitan deangan metode pengumpulan data penetapan harga pokok persediaan,
perhitungan laba, dan lain-lain.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian
ini ada 2 yaitu:
a.
Data Primer, Data yang diperoleh langsung
dari objek yang akan diteliti
(tidak melalui perantara) berupa
hasil wawancara langsung
dengan pegawai dan
juga pimpinan CV. Minahasa Mantap
Perkasa.
b.
Data Sekunder, Merupakan data
yang dikelompokkan oleh lembaga pengumpul
data yang dipublikasikan kepada
pengguna data, maupun
data yang didapat
dari buku dan
informasi lainnya maupun kepustakaan.
Dalam
mengumpulkan data yang
diperlukan dalam penelitian penulis
melakukan observasi yaitu melakukan
kunjungan atau pengamatan
secara langsung pada
objek penelitian untuk mendapatkan keterangan yang diperlukan,
selain itu penulis juga melakukan wawancara dengan cara mengadakan tanya jawab
langsung dengan pimpinan perusahaan mengenai data yang ada sesui dengan masalah yang
akan dibahas, serta
menggunakan arsip atau
dokumen-dokumen yang bersifat
tulisan dari perusahaan yang bersangkutan.
Metode
analisis data yang
digunakan dalam penulisan
laporan ini adalah
anaisis data deskriptif. Metode
deskriptif merupakan suatu cara penelitian yang menggambarkan atau menguraikan keadaan
dari objek penelitian (perusahaan) berdasarkan faktor-faktor yang nyata di
situasi yang akan diteliti dan membandingkan dengan teori yang ada.
Tempat
yang menjadi penelitian
dari penulis adalah CV.
Minahasa Mantap Perkasa yang bertempat di Lingk.
IV Kel. Paslaten
1 Tomohon Timur,
Tomohon, Sulawesi Utara,
Indonesia.Waktu penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah dalam
waktu dua bulan, yaitu dari bulan Meisampai dengan Juni 2013.
C. HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
CV.
Minahasa Mantap Perkasa
berdiri pada tanggal
5 Juli 2005.
Perusahaan yang memproduksi
produk roti ini menggunakan metode tradisional untuk menentukan biaya produksi
dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan tresebut.
Perusahaan roti ini terletak di Lingk. IV
Kel. Paslaten 1 Tomohon Timur, Tomohon, Sulawesi Utara, Indonesia.
Perusahaan ini memiliki
letak yang strategis
karena berada di
pusat dari kota Tomohon yaitu berada di taman dari kota
Tomohon tersebut.
Berhasil atau tidaknya perushaan juga
tergantung pada visi dan misi apa yang mereka terapkan pada perusahaan. CV.
Minahasa Mantap Perkasa juga memiliki visi dan misi yaitu sebagai berikut:
Visi:
Menjadi pelopor bakery berteknologi tinggi
dan melakukan pengembangan produk makanan, sehingga bisa menjadi tuan rumah di
negeri sendiri.
Misi:
1.
Melakukan inovasi dan perbaikan produk secara terus menerus dengan
implementasi quality management system.
2.
Menyediakan produk disetiap lokasi dengan harga yang terjangkau.Berikut
ini adalah proses pembuatan roti yang diproduksi oleh perusahaan yaitu sebagai
berikut:
1.
Pemilihan bahan
a. Gunakan bahan yang berkualitas baik.
b. Pastikan bahan yang digunakan
bersertifikat halal.
c.
Bahan yang digunakan
cukup tersedia dan
dalam kondisi simpanan yang baik.
2.
Penimbangan bahan
a. Hindarkan pemakaian takaran dengan
sendok atau cangkir
b.
Pada saat penimbangan
bahan harus teliti
dan tepat, hindari tercecernya bahan.
c.
Untuk penimbangan air,
pastikan tidak berlebihan
sehingga adonan menjadi lembek.
3.
Pengadukan/ Mixing dikerjakan selama (30 s/d 45 menit)
a.
Biasakan semua bahan
kering diaduk terlebih
dahulu selama 5
menit (airasi) sebelum air dan
mentega dimasukan, agar air dapat dimasukan secara optimal.
b.
Lakukan pencampuran semua
bahan secara merata
untuk hidrasi yang
sempurna dari pati dan
protein sehingga membentuk
gluten, pelunakan gluten
dan memperoleh kekuatan menahan gas dengan baik.
c.
Lama pengadukan harus
disesuaikan dengan kemampuan
tepung terigunya (jumlah
protein), karena semakin tinggi proteinnya semakin lama pengadukannya, demikian
pula sebaliknya.
4.
Permentasi awal dikerjakan selama (10 menit s/d 20 menit) Proses
pemecaha gula oleh ragi menjadi:
a. Gas CO2: Adonan menjadi mengembang
b. Alkohol : Memberi aroma pada roti
c. Asam : Memberi rasa dan memperlunak
gluten.
d. Panas : Suhu meningkat selama permentasi.
Lama dan cepatnya permentasi awal sangat tergantung dari jumlah adonan dan jumlah
tenaga kerja yang mengerjakan. Salama
penghistrahatan berlangsung diharuskan ditutup dengan plastik agar adonan tidak
kering.
5.
Penimbangan adonan
a.
Membagi adonan sesuai dengan berat yang diinginkan.
b.
Gunakan timbangan yang benar, dan lakukan dengan cepat.
c.
Apabila menggunakan alat pembagi, timbang dulu lalu dibagi menjadi 36
bh.
6.
Pembulatan adonan
a.
Membentuk lapisan keras
dipermukaan adonan, sehigga dapat
menahan gas yang
dihasilkan
b.
Menghaluskan tekstur roti dan mempermudah pekerjaan selanjutnya.
7.
Permentasi kedua dikerjakan selama (10 s/d 15 menit)
a.
Melunakan gluten pada adonan
b.
Mempercepat permentasi berikutnya
c.
Selama proses ini, harus ditutup dengan plastik agar tidak kering.
8.
Pembuangan gas pada adonan
a.
Mengeluarkan gas yang ada dalam adonan dengan cara menekan adonan
b.
Dapat menghaluskan tekstur
c.
Usahakan semua gas keluar agar serat roti menjadi halus dan merata
9.
Pembentukan adonan
a.
Adonan roti dibentuk sesuai keinginan
b.
Untuk roti manis
dapat diisi dengan
berbagai isisan, tetapi
jangan terlalu banyak mengandung air dan minyak agar menghindari
roti terbuka
10. Pencetakan adonan
a.
Letakan adonan dalam cetakan dengan baik dan benar.
b.
Pastikan setiap sambungan diletakan dibawah adonan.
c.
Atur jarak adonan di loyang agar tidak bergabung dan dapat memberikan
ruang untuk
pemanasan sisi roti.
d.
Olesi loyang dengan lemak/minyak atau gunakan lapisan kertas agar tidak
lengket.
e.
Pastikan loyang selalu dalam keadaan bersih, baik sebelum dan sesudah
digunakan.
11. Pementasi akhir
a.
Dilakukan pengembangan adonan agar mencapai bentuk dan kualitas yang
maksimal.
b.
Tempat untuk implementasi
akhir ini harus
memiliki panas (35-40
derajat Celcius) dan kelembaban ruang (80-85%) yang stabil.
c.
Dapat dilakukan dengan membuat uap air dan pastikan proses ini dilakukan
dengan
benar, karena akan menentukan hasil akhir
dari roti.
d.
Gunakan alat ukur hygrometer dan termometer ruang.
12.
Pembakaran Adonan
a.
Temperatur oven sangat
menentukan kualitas akhir
dari roti yang
dibuat, jadi temperaturnya harus sesuai dengan jenis roti
yang akan dibakar.
b.
Lamanya pembakaran ditentukan
oleh, jenis oven,
jenis bahan/loyang yang digunakan,
jenis roti yang dibuat dan jumlah pemakaian gula dalam adonan.
c.
Roti tawar 200
derajat Celcius, dengan
loyang tertutup 30-40
menit dengan loyang terbuka 25-30 menit.
d.
Roti manis 180 derajat Celcius, ukuran 40-6- gram maksimum 15 menit
ukuran 15-20 gram 5- 10 menit.
13.
Mengeluarkan adonan dari cetakan/loyang
a. Keluarkan roti yang sudah matang dari
cetakan/loyang segara mungkin.
b. Keluarkan dari loyang dengan sangat
hati-hati karena roti yang baru keluar dari oven sangat lembut dan empuk.
14.
Pendinginan
a. Setelah dikeluarkan dari cetakan/loyang,
dinginkan roti pada suhu ruang selama 45-90 menit.
b. Letakan roti pada rak pendingin dimana panas
roti dapat keluar kesegala arah.
15.
Pembungkusan
a. Roti dibungkus agar terhindar dari jamur.
b. Menghindarkan pengerasan kulit roti akibat
menguapnya kandungan air kedalam roti.
c. Hindari pembungkusan roti yang masih
panas/hangat agar tidak mudah berjamur.
d. Saat
pembungkusan berlangsung, pastikan
ruang selalu bersih
dengan ventilasi dan sirkulasi udara yang cukup.
Berikut
adalah Perhitungan Harga Jual Perusahaan yaitu sebagai berikut:
1.Roti
Coklat
Biaya
Bahan Baku : Rp.150.500.000
Biaya
Tenaga Kerja Langsung : Rp. 12.600.000
Biaya
Overhead Pabrik: :
Rp. 10.800.000
Jumlah :
Rp.173.900.000
Harga
Pokok Per unit = Rp173.900.000/300.000unit
= Rp580/Unit
Harga
Jual Per unit = Biaya produksi per unit +
Persentase Markup
= Rp.580 + (Rp.580 x 30%)
= Rp.580 + Rp.174
= Rp.754 /unit
2.Roti
Strawberry
Biaya
Bahan Baku : Rp.150.650.000
Biaya
Tenaga Kerja Langsung : Rp. 12.600.000
Biaya
Overhead Pabrik :
Rp. 10.800.000
Jumlah :
Rp.174.500.000
Harga
Pokok Per unit = Rp174.500.000/300.000unit = Rp581/unit
Harga
Jual Per unit = Biaya produksi per unit +
Persentase Markup
= Rp.581 + (Rp.581 x 30%)
= Rp.581 + Rp.175
= Rp.756 /unit
3.Roti
Mocca
Biaya
Bahan Baku : Rp.140.350.000
Biaya
Tenaga Kerja Langsung : Rp. 11.550.000
Biaya
Overhead Pabrik : Rp. 9.900.000
Jumlah :
Rp.161.800.000
Harga
Pokok Per Unit = Rp.161.800.000/275.000unit = Rp589/unit
Harga
Jual Per unit = Biaya produksi per unit +
Persentase Markup
= Rp.589 + (Rp.589 x 30%)
= Rp.589 + Rp.177
= Rp.766 /unit
4.Roti
Pandan
Biaya
Bahan Baku : Rp.139.500.000
Biaya
Tenaga Kerja Langsung : Rp. 11.550.000
Biaya
Overhead Pabrik : Rp. 9.900.000
Jumlah :
Rp.160.950.000
Harga
Pokok Per Unit = Rp.160.950.000/275.000unit = Rp586/unit
Harga
Jual Per unit = Biaya produksi per unit +
Persentase Markup
= Rp.586 + (Rp.586 x 30%)
= Rp.586 + Rp.176
= Rp.762 /unit
5.Roti
Keju
Biaya
Bahan Baku : Rp.126.950.000
Biaya
Tenaga Kerja Langsung : Rp. 10.500.000
Biaya
Overhead Pabrik : Rp. 9.000.000
Jumlah :
Rp.146.450.000
Harga
Pokok Per Unit = Rp.146.450.000/250.000unit = Rp586/unit
Harga
Jual Per unit = Biaya produksi per unit +
Persentase Markup
= Rp.586+ (Rp.586 x 30%)
= Rp.586 + Rp.176
= Rp.762 /unit
Berdasarkan perhitungan
diatas tersebut, maka
dengan mark up
sebesar 30% Perusahaan menjual roti-roti tersebut ke
pengecer (warung/toko) dengan harga Rp.800/ unit (dibulatkan) dengan cara diantar
langsung ke pengecer.
Dari pengecer menjual roti
tersebut ke konsumen
dengan harga Rp.1000 / unit untuk setiap jenis roti.
Dalam Penentuan
harga jual dengan
menggunakan metode full
costing terlebih dahulu
harus dicari mark up yang diapat
dengan rumus :
%
Mark up = Biaya non produksi + Laba yang diharapkan/ Biaya Produksi
Sedangkan
laba yang diharapkan oleh perusahaan dari pesanan baju seragam tersebut adalah sebesar
30% dari jumlah yang telah terjadi. Jadi harga jual untuk setiap jenis produk dapat
dihitung sebagai berikut:
1.
Roti Coklat
Biaya Bahan Baku :
Rp.150.500.000
Biaya TKL :
Rp. 12.600.000
BOP :
Rp. 9.900.000
Biaya Produksi :Rp.173.000.000
Rp.173.000.000 x 30% =
Rp.51.900.000
%MarkUp
= Rp.39.575.500 + Rp.51.900.000 x 100% /
173.000.000
= 52%
Total Biaya Produksi :Rp.173.000.000
MarkUp 52%x173.000.000 :Rp
89.960.000
Total Harga Jual :Rp.262.960.000
Harga Jual PerUnit =
Rp.262.960.000/300.000unit = Rp.877/unit
2.
Roti Strawberry
Biaya Bahan Baku :Rp.150.650.000
Biaya TKL :Rp.
12.600.000
BOP :Rp.
9.900.000
Biaya Produksi :Rp.173.150.000
Rp.173.150.000 x 30% =
Rp.51.945.000
%MarkUp=
Rp. 39.575.500 + Rp.51.945.000 x 100% / 173.150.000
=
52%
Total Biaya Produksi :Rp.173.150.000
MarkUp 52%x173.150.000 :Rp
90.038.000
Total Harga Jual :Rp.263.188.000
Harga Jual PerUnit =
Rp.263.188.000/300.000unit = Rp.878/unit
3.
Roti Mocca
Biaya Bahan Baku :Rp.140.350.000
Biaya TKL :Rp.
11.550.000
BOP :Rp.
9.075.000
Biaya Produksi :Rp.160.975.000
Rp.160.975.000 x 30% =
Rp.48.292.500
%MarkUp=
Rp. 39.575.500 + Rp.48.292.500 x 100% / 160.975.000
= 54%
Total Biaya Produksi :Rp.160.975.000
MarkUp 54%x160.975.000 :Rp
86.926.500
Total Harga Jual :Rp.247.901.500
Harga Jual PerUnit =
Rp.247.901.500/275.000unit = Rp.902/unit
4.
Roti Pandan
Biaya Bahan Baku :Rp.139.500.000
Biaya TKL :Rp.
11.550.000
BOP :Rp.
9.075.000
Biaya Produksi :Rp.160.125.000
Rp.160.125.000 x 30% = Rp.48.037.500
%MarkU p= Rp. 39.575.500 + Rp.48.037.500 x 100% /
160.125.000
= 54%
Total Biaya Produksi :Rp.160.125.000
MarkUp 54%x160.125.000 :Rp.
86.467.500
Total Harga Jual :Rp.246.592.500
Harga Jual PerUnit =
Rp.246.592.500 / 275.000unit= Rp.897/unit
5.
Roti Keju
Biaya Bahan Baku :Rp.126.950.000
Biaya TKL :Rp.
10.500.000
BOP :Rp.
8.250.000
Biaya Produksi :Rp.145.700.000
Rp.145.700.000 x 30% =
Rp.43.710.000
%MarkUp= Rp. 39.575.500 + Rp.43.710.000 x
100% / 145.700.000
= 57%
Total Biaya Produksi :Rp.145.700.000
MarkUp 57%x145.700.000 :Rp.
83.049.000
Total Harga Jual :Rp.228.749.000
Harga Jual PerUnit =
Rp.228.749.000/ 250.000 unit = Rp.915/unit
D. KESIMPULAN
Hasil penelitian
yang telah dilakukan penulis
pada CV. Minahasa
Mantap Perkasa, penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengumpulan
biaya produksi dilakukan
dengan metode harga
pokok proses dengan pendekatan full
costing, tujuannya untuk
memenuhi persediaan digudang,
dan jumlahnya sama dari waktu ke waktu.
2. Proses pembuatan roti akan selalu dilakukan
perusahaan tanpa menunggu ada atau tidaknya pesanan dari
pelanggan. Walaupun demikian,
bukan berarti perusahaan
mengabaikan permintaaan atau
keninginan konsumen. Hal ini dikarenakan,
banyaknya jumlah roti
yang diproduksi atau
dihasilkan tergantung pada
permintaan konsumen serta
situasi dan kondisi pada
saat itu.
3. Penentuan
harga jual produk
yang dibebankan kepada
konsumen dibuat berdasarkan
biaya produksi per
unit ditambah persentase
Markup. Persentase markup
yang diinginkan perusahaan
yaitu sebesar 30% dari biaya produksi per unit dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan
yang lebih memadai dan dapat menutup biaya produksi yang telah dikeluarkan.
Penulis
memberikan saran sebagai masukan antara lain:
1. Departemen
produksi harus melakukan
koordinasi yang lebih
baik lagi dengan
bagain pembelian bahan
baku agar bahan
baku yang dibeli
terjamin kualitasnya dan tidak
terjadi permasalahan
bahan baku. Departemen produksi juga harus melakukan koordinasi yang lebih baik
lagi degan bagian gedung.
2. Dalam
hal pengklasifikasian biaya,
perusahaan sebaiknya mengelompokan
biaya sesuai dengan
tujuan hendak dicapai agar informasi biaya telah dikeluarkan lebih akurat dan
bagus dan tepat.
3. Pembebanan biayaoverhead pabrik kepada produk
perlu dipertimbangkan perusahaan dengan memilih dasar tepat untuk menentukan
tarif overhead pabrik guna mengetahui jumlah biaya yang sewajarnya
dibebankan kepada produk
itu. Jika dilihat
dari operasi perusahaan
yang menunjukan bahwa perusahaan lebih banyak menggunakan bahan baku
langsung, maka dasar yang tepat digunakan dalam penentuan tarif overhead pabrik
adalah bahan baku langsung.
4. Perusahaan
sebaiknya menggunakan sistem
biaya taksiran (estimasi)
sebelum melakukan produksi yang
berfungsi sebagai alat
pengendalian biaya dang
sebagai dasar untuk menganalisis kegiatan-kegiatannya. Dengan
ditapkannya sistem biaya
taksiran maka akan terlihat
perbandingan antara biay
yang sesungguhnya dengan
biaya taksuran, yang
nantinya dapat memberikan petunjuk
mengenai pemborosan atau
tidak dapat dipakai
sebagai dasar perbaikan kegiatan.
sumber
tanggal 14 Juni 2016, 14.06
wib

Komentar
Posting Komentar